(Remake) Perjanjian Hati ~Part 8 ~

PART 8

(Remake) Perjanjian Hati

Cast: Lee Donghae, Kim So Eun, Kim Myungso, (Park) Lee Jiyeon etc

Story by Santhy Agatha

@Nurahmah_29

Genre: Romance

Warning: Typos, bahasa aneh, dll, kalau ada typo bilang aja ya!!!

 Perjanjian Hati

 

♥♥♥

“Ketika kau mencintaiku,  aku akan selalu ada di hatimu. Pun ketika kau membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu. Pada akhirnya,aku akan selalu ada”

♥♥♥♥♥♥♥♥♥

 

 

So Eun menatap kepergian Jessica dengan langkah anggun dan  dramatis  itu,  lalu menghela  napas  panjang. Di  sisi  lain Donghae  malahan  mengamati  So Eun,  lalu  terkekeh  geli,  membuat So Eun melemparkan pandangan membunuh kepada lelaki itu.

“Kenapa kau tertawa?”

Donghae  bahkan  makin  tergelak,  “Kau.  Kau membuatku tertawa. Caramu menjawab pertanyaan Jessica tadi membuatku sedikit bangga. Ternyata isteriku rela mempertahankanku dari rayuan perempuan lain.”

“Jangan  salah  paham.  Aku  cuma  tidak suka  sikapnya yang merayumu terang-terangan, padahal ada aku di sebelahmu.” So Eun melirik ke arah Jiyeon dan Myungso yang juga tersenyum-senyum  mendengar percakapan  mereka.

Sialan Donghae!  Pasti  sekarang  Jiyeon dan  Myungso  mengira dia cemberut dan marah-marah karena cemburu.

Donghae  mengikuti  arah  mata So Eun,  menyadari  bahwa Jiyeon  dan  Myungso  mendengarkan  percakapan  mereka.  Dia  lalu mengedipkan mata ke arah So Eun, mengirimkan isyarat bahwa percakapan  ini  belum  selesai,  kemudian  melangkah  menuju mobil.

♥♥♥

Pantai itu indah sekali, terletak di bagian selatan pulau, dengan resort yang dihiasi oleh cottage-cottage yang indah dan artistik dengan hamparan pasir putihnya yang begitu indah.

Langit  tampak cerah,  biru dihiasi  awan  putih  berbagai bentuk,  seakan-akan  menyambut  mereka  dengan  keindahan pemandangannya.

So Eun  berdiri  tanpa alas  kaki,  menginjak pasir putih itu dan  memejamkan  mata,  merasakan  hembusan  angin laut yang hangat yang menerpa pipinya. Rasanya hangat dan mendamaikan, apalagi  dengan  alunan  deburan ombak  yang begitu menenangkan.

“Senang?”  suara Donghae  yang  dekat  di  sampingnya membuat So Eun  hampir  terlonjak kaget.  Dia  menoleh  dan melihat Donghae berdiri di sampingnya. Lelaki itu berpenampilan santai, dengan t-shirt putih dan celana pendek warna khaki dan kaki telanjang, sangat berbeda dari penampilan sehari-harinya yang resmi.

So Eun  berpikir  untuk membantah  perkataan  Donghae, tetapi  dia akan  tampak tidak tahu terima kasih kalau melakukannya,  setidaknya  biarpun  menjengkelkan, Donghae sudah mengajaknya bersama Myungso dan Jiyeon untuk menghabiskan  akhir pekan  menyenangkan  dan  merayakan ulang tahunnya.

“Senang.” So Eun mencoba tersenyum, mengajak berdamai, “Terima kasih sudah mengajak kemari.”

Donghae  membalas  senyuman So Eun  dengan  senyuman tipis, lalu menatap ke arah laut, hembusan angin laut membuat rambutnya  berantakan  tertiup  angin  dan  menerpa dahinya, mengubah penampilan kerasnya menjadi lebih santai.

“Dulu  kami  sering  berlibur kesini,  sekeluarga. Aku, eomma,  appa dan  Jiyeon,  waktu  umur  kami  masih kecil.” pandangan  Donghae menerawang, mengenang, “Kemudian  tahun berganti  dan  appa menjadi semakin  sibuk,  eoma  semakin lemah… Kadangkala disaat aku lelah, aku melarikan diri kesini.”

So Eun mengernyit.  Pasti  Donghae  membawa kekasih- kekasihnya  kemari  untuk menghabiskan  malamnya,  pikirnya dengan sinis.

Tanpa diduga Donghae menatapnya dan bisa membaca apa yang ada di dalam benaknya, lelaki itu terkekeh.

“Hentikan  semua pikiran  buruk yang  ada di  dalam kepalamu itu,”  gumamnya  dalam  tawa,  “Sendirian. Aku  selalu kemari sendirian. Resort pribadi ini, cottage ini, sisi pantai yang ini, semuanya khusus hanya untuk keluarga.”

So Eun  mengernyit  lagi,  “Dan  apakah kau  pikir aku keluargamu?”

Tatapan  Donghae  setelahnya  begitu  dalam dan  misterius, tidak terbaca, “Kau isteriku.”

♥♥♥

“Malam ini kita akan makan di restoran pinggir pantai.” Jiyeon duduk di  ranjang  So Eun dan  tampak bersemangat,  “Donghae oppa memesan  kue tart dari  dapur  resort khusus  untukmu.” Jiyeon mengedipkan matanya menggoda, “Dia tidak pernah seperhatian itu kepada siapapun.”

Pipi  So Eun memerah,  entah kenapa.  Padahal  dia tahu pasti, Donghae melakukannya karena ada Jiyeon dan Myungso di sini. Semua  ini  hanya  sandiwara… Tetapi  kalau  memang  hanya sandiwara, kenapa jantungnya berdegup tak karuan saat ini?

Mereka menginap  di resort  mewah di  pinggir pantai, dengan  cottage  indah dengan tiga kamar,  ruang  keluarga,  dan dapur yang penuh dengan peralatan modern, dimana salah satu fasilitasnya menghadap  ke  arah pantai  pribadi yang  bisa  di datangi  langsung  dari  pintu belakang  cottage  mereka.  So Eun tentu saja harus sekamar dengan Donghae, sedangkan Jiyeon dan Myungso menempati kamar sendiri-sendiri.

Malam  ini  mereka akan  makan  malam  di  restoran  tepi pantai  yang  terkenal  dengan  masakan  kepitingnya.  Jiyeon sedang  menunggui  So Eun berganti  pakaian sambil  bercerita tentang  berbagai  hal,  dan  So Eun  mendengarkannya sambil tersenyum. Tersenyum dan bersyukur, karena Jiyeon sepertinya telah berhasil melalui kesedihannya dengan ketegaran jiwanya.

“Aku sudah siap,  ayo  kita  keluar,  para lelaki  pasti  telah mengunggu  kita  dengan  jengkel,”  gumam  So Eun  sambil mengajak Jiyeon melangkah keluar kamar.

Donghae  duduk di  sana  sedang bercakap-cakap  dengan Myungso, ketika So Eun dan Jiyeon keluar, dia mengangkat alisnya dan tersenyum.

“Sudah siap?”

So Eun mengangguk dan Donghae langsung berdiri,  menghelanya  ke  pintu.  Mereka  berjalan  menyusuri  pinggiran pantai, diikuti DJiyeon dan Myungso di belakangnya.

Restoran  pinggir pantai  itu  benar-benar  berada di pinggir pantai, tempat makannya ada di paviliun-paviliun kecil dari kayu dan beratapkan rumbia, dengan lilin-lilin yang ditata secara eksotis  di sekelilingnya.  Makanannya luar biasa nikmatnya, berbagai macam hidangan laut dan minuman kelapa yang  menyegarkan. Mereka tertawa, mereka bercakap-cakap dalam suasana  yang  begitu  santai,  hingga So Eun hampir melupakan  suasana permusuhan  yang  dibangunnya  bersama Donghae.

Donghae banyak tertawa malam ini, lelaki itu mengedipkan mata  ketika seluruh  hidangan  dan  piring  kotor,  serta meja mereka dibersihkan.

“Saatnya untuk yang paling istimewa.”

Sedetik setelah Donghae  berkata-kata,  seolah  sudah diprogram  sebelumnya,  seorang  pelayan  datang  membawakan kue ulang  tahun  berwarna  putih  dengan  lilin-lilin  cantik di atasnya, Pelayan itu meletakkan kue itu di meja, di depan So Eun, dan  So Eun  ternganga menatap  kue  yang  berlumuran  cokelat mengkilat,  tampak sangat menggiurkan. Dia  melemparkan pandangan  kepada Donghae  yang  tersenyum  manis  sambil mengedipkan mata kepadanya, tahu bahwa lelaki itu menyadari kesukaannya kepada cokelat. Ternyata Donghae memperhatikannya…

“Saatnya mengucapkan pengharapanmu,” gumam Jiyeon sambil bertepuk tangan  bersemangat,  mengalihkan  So Eun dari tatapannya kepada Donghae.

So Eun memejamkan  matanya,  lalu  mengucapkan  doa singkat,  bahwa  dia ingin  semua orang  yang  dicintainya berbahagia.

“Tiup lilinnya,” gumam Myungso pelan.

So Eun  meniup  lilin  itu dan semua bertepuk tangan gembira.  Suasana  begitu membahagiakan, membuat So Eun menoleh ke arah Donghae dan tersenyum tulus.

“Terima kasih Donghae.”

Tanpa diduga,  lelaki  itu  mendekatkan  tubuhnya,  lalu mengecup dahi So Eun lembut.

“Sama-sama, sayang.”

Jiyeon  dan  Myungso  tersenyum  melihat keromantisan tulus  yang  ditampilkan  So Eun.  Tetapi  So Eun duduk disana dengan  jantung  berdegup  kencang, mencoba  meyakinkan hatinya bahwa  semua ini  hanyalah  sandiwara  sempurna  yang diperankan olehnya dan Donghae.

♥♥♥

Malam itu ketika So Eun membaringkan tubuhnya di ranjang, dia merasa gugup. Rasanya aneh, padahal selama ini dia biasa saja jika tidur di ranjang ini, menantikan Donghae menyusulnya ketika hampir tengah malam setelah membereskan pekerjaannya, dan tidur di sebelahnya.

Malam  ini  terasa berbeda,  entah  kenapa.  Mungkin karena  suasana  kamar  yang temaram dan  romantis dengan nuansa kuning  kecoklatan  dan  debur ombak  di  kejauhan. Mungkin  pula karena  nuansa yang  dibangun  dari  pagi  tadi sampai  sekarang, semua terasa berbeda.  dan  jantung So Eun berdesir pelan  ketika  pintu  kamar  mandi  terbuka,  dan  Donghae keluar, dengan rambut basah sehabis mandi.

“Sudah mau tidur?” lelaki itu berdiri di tengah ruangan, menatap  So Eun  dengan  pandangan  yang  terasa misterius karena tertutup bayang-bayang kamar yang remang-remang.

So Eun  menatap  Donghae  dan  tersenyum  gugup,  “Iya,  aku lelah seharian ini.”Donghae melangkah dan duduk di atas ranjang, mematikan lampu  tidur  hingga  membuat  suasana  kamar gelap,  hanya cahaya bulan  yang  menyusup  dari  balik jendela  kaca  yang tertutup  gorden  putih yang  menyinari  kamar,  lalu Donghae naik dan berbaring di sebelah So Eun.

“Besok pagi  kita  melihat matahari  terbit,  kau pasti terpesona, indah sekali. Lalu kita bisa berenang di laut.”

“Kedengarannya menyenangkan.”  suara  So Eun  tercekat, kenapa pula mereka melakukan pembicaraan basa-basi begini? Lalu  hening, So Eun pura-pura tertidur,  membalikkan tubuhnya  membelakangi  Donghae. Lama  dia dalam  posisi itu dan dia tidak bisa  tidur,  tubuhnya  terasa pegal, dan  pelan  dia mengubah posisi tubuhnya, supaya tidak membangunkan Donghae yang diyakininya sudah tidur karena dia tidak mendengar suara apapun dari laki-laki itu.

“Tidak bisa  tidur?”  suara  Donghae  mendadak terdengar, menembus  keheningan  dan  membuat  So Eun  terlonjak karena kaget.  Dia membalikkan  badannya  dan  mendapati  Donghae berbaring terlentang berbantalkan lengannya.

“Kupikir kau sudah tidur,” bisik So Eun lirih. Donghae  menatap  So Eun,  lalu tersenyum,  “Tidak,  aku juga tidak bisa tidur,” suaranya berubah parau.

“Kenapa?”

“Kau  tahu  kenapa.”  nafas  Donghae  terdengar  berat,  “Aku tidak bisa tidur setiap malam sejak aku menikah denganmu.”

“Karena  kau tidur seranjang  denganku?”  Suara  So Eun berubah cemas, apakah dia mendengkur dengan keras sehingga mengganggu istirahat Donghae, ataukah gaya tidurnya berantakan, seperti  kemarin, menempel-nempel  Donghae  atau mungkin menendangnya dalam tidurnya?

“Ya.  Karena  aku  tidur  seranjang  denganmu.” Donghae terkekeh, “Tidur seranjang denganmu dan tidak bisa menyentuhmu.”  gumam  Donghae  itu,  biarpun pelan  membuat So Eun langsung beringsut ke ujung ranjang dengan waspada.

“Apa maksudmu?”

“Apakah  aku harus  menjelaskan  maksudku dengan gamblang  seperti  menjelaskan  kepada anak kecil?”  lelaki  itu memiringkan  kepala,  menatap  sinis  ke  arah  So Eun yang menjauh  ke  ujung  ranjang, “Kau pasti  tahu pasti  apa yang dirasakan lelaki dewasa ketika harus melewatkan malam demi malam  dengan  perempuan  di  ranjangnya,  tanpa  bisa  berbuat apa-apa.”

“Memangnya kau mau berbuat apa?” kali ini suara So Eun benar-benar cemas.

Donghae  terkekeh  lagi,  terdengar  meremehkan. “Tenang So Eun,  tak perlu melonjak dan  lari  dari  ranjang  ini,  sesuai janjiku kepadamu,  aku  tidak akan  menyentuhmu.” suara

sensualnya  kembali  memenuhi  ruangan, “Kecuali  kalau kau nmau kusentuh.”

“Aku tidak mau disentuh  olehmu,”  jerit  So Eun spontan. Sedetik kemudian  So Eun menyadari  bahwa  dia salah  bicara, karena  gerakan  tubuh Donghae  tampak tegang, lelaki itu tersinggung.

“Kenapa kau tidak mau kusentuh?”  Donghae  bergerak mendekat,  dan  sebelum  Donghae  bisa  menyingkir dari  ranjang, lengan Donghae dengan kuat merengkuhnya, merapatkan tubuhnya  kepadanya.  “Apakah  aku menjijikkan  untukmu?” nafas Donghae terasa hangat di pipinya, membuatnya bergetar.

So Eun  mencoba  meronta,  tetapi  kedua  lengan  Donghae menahan  punggungnya dan  menjepit  lengannya di  kedua sisi, “Lepaskan aku.” seru So Eun panik.

“Kenapa kau tidak mau kusentuh?”  kali  ini suara  Donghae berbisik di telinganya, membuat So Eun merasakan gelenyar geli merayapi tubuhnya, “Aku suamimu.”

Kemudian bibir itu melumat  bibir So Eun,  dengan panas dan  penuh penguasaan, seolah berusaha  menaklukkan  dan mendominasi  So Eun.  Bibir  kuatnya  melumat kelembutan  bibir So Eun tanpa ampun, membuat So Eun terengah,  kemudian lidahnya  mencicipi, mencecap  kehangatan  permukaan bibir So Eun yang  lembut,  ketika  lidah  itu  ingin menjelajah  masuk, So Eun mengatupkan bibirnya erat-erat, sekuat tenaga.

“Ayo sayang, biarkan aku masuk.” suara Donghae berat dan parau,  penuh hasrat,  bibirnya  menggoda tanpa  ampun, menggelitik sudut bibir So Eun,  hingga  ketika So Eun membuka mulutnya  untuk memekik,  dengan  lihai  Donghae  menelusupkan lidahnya,  menjelajah masuk,  berpesta  pora  di  sana  menikmati seluruh rasa So Eun,  dengan  teknik ciumannya  yang  begitu ahli dan tanpa ampun.

Hingga ketika lelaki  itu  selesai  melumatnya,  So Eun terbaring megap-megap dalam pelukannya.

Donghae  menatap  So Eun dengan  tatapan  yang  tidak bisa diartikan, membara, marah, sekaligus penuh kasih sayang.

“Nanti,  ketika kau  menyerahkan  diri  kepadaku,  akan kubuat itu menjadi malam yang tidak terlupakan olehmu.” Lalu dalam sekejap  dia melepaskan  pelukannya  dan  meninggalkan ranjang, tergesa keluar,  meninggalkan  pintu  berdebam di belakangnya,  dan  So Eun yang masih terbaring  di  sana  dengan perasaan campur aduk.

♥♥♥

Donghae tidak kembali ke kamar malam itu, lelaki itu entah tidur di  mana  semalam,  yang  pasti,  ketika So Eun keluar  untuk sarapan, Donghae  sudah duduk di  sana, bercakap-cakap dengan Jiyeon dan Myungso.

Lelaki  itu hanya  menatap  So Eun datar,  lalu berdiri  dan menarikkan  kursi  disebelahnya  dengan  sopan. Tidak ada indikasi sama sekali bahwa lelaki itu mengingat insiden ciuman paksanya  di  atas  ranjang  semalam.  So Eun mencoba  menahan rasa panas  yang  menjalari pipinya ketika melihat Donghae, mungkin  bagi  Donghae  itu  hal biasa,  tetapi  bagi  So Eun hal itu sangat intim, sangat baru dan membuatnya teringat terus setiap detiknya.  Tetapi,  karena  Donghae  bersikap  seolah  semalam tidak terjadi  apa-apa,  So Eun  berusaha bersikap  sama.  Tidak akan dibiarkannya Donghae tahu Bahwa ciumannya begitu mempengaruhi So Eun.

“Kata Donghae oppa,  So Eun eonni bangun  terlambat  karena kelelahan.”  Jiyeon  tersenyum,  “Sayang  sekali,  padahal  tadinya kita ingin mengajak So Eun eonni melihat matahari terbit.”

So Eun  menatap Jiyeon dengan  pandangan  menyesal, “Maafkan aku Jiyeon, aku langsung tertidur lelap semalam, dan bangun-bangun  sudah siang, mungkin aku memang  benar-benar kecapekan.”

“Tidak apa-apa noona,  kita  masih  bisa  berenang  di laut  sekarang, Noona bisa  mencoba  kembali  berenang sambil ditemani  Donghae hyung,  kata Jiyeon Donghae hyung  sangat jago berenang melawan ombak.”

So Eun menoleh kepada Donghae yang tersenyum menggoda, “Kau tidak bisa berenang, So Eun?”

“So Eun noona  takut air,”  jawab  Myungso  sambil mengangkat bahu,  “Dulu  waktu SD kami  pernah  berenang  di  kolam renang umum. Ketika mencoba menyelam, kaki So Eun noona kram, tetapi karena dia di dasar, tidak ada yang tahu kalau So Eun noona mulai tenggelam, dia sudah tenggelam beberapa lama dan mengalami serangan  panik sampai  kemudian  salah  satu  orang  tua menyadari dan  menyelamatkannya.  Sejak itu So Eun noona tidak mau berenang lagi.”

Donghae  menatap  So Eun  penuh perhatian, “Jadi  kau akan melewatkan  kegiatan  menyenangkan  kita  untuk berenang  di laut pagi ini?”

So Eun  menghela napas,  “Aku sangat menyesal,  tetapi mungkin aku memang harus melewatkannya.”

“Tidak.” Donghae  berseru keras  kepala,  “Kau akan berenang, dan kau tidak akan tenggelam, aku akan menjagamu.”

“Aku tidak mau.” So Eun mengernyit, meminta pertolongan  pada Jiyeon dan  Myungso, tetapi  keduanya  hanya mengangkat bahu, tidak ada yang bisa membantah Donghae kalau lelaki itu memutuskan sesuatu.

“Kau harus mau, titik.” Donghae beranjak berdiri, “Sekarang ganti  baju  renangmu  aku  menunggu di  depan.” ketika Donghae melangkah pergi, So Eun menatap punggungnya sambil mengucapkan  berbagai  macam  cacian  yang  bisa  diingatnya. Dasar lelaki arogan yang keras kepala!

♥♥♥

“Ayo.”

Donghae  menggenggam  lengannya setengah  memaksa, “Aku akan menjagamu.”

Donghae  sudah berhasil memaksa So Eun  ke tengah laut, masih ditepian  tetapi sudah lumayan  dalam,  dengan  ombak bermain  di  pinggang  mereka,  membuat  kaki  So Eun  kadang- kadang terasa melayang-layang.

So Eun mengikuti Donghae setengah terpaksa, “Kau memang suka memaksakan kehendakmu ya, kuharap kau puas.”

Donghae  tertawa,  tidak menutupi  rasa puasnya,  “Ya  aku puas.  Lagipula  sekarang  kau  sadar  bukan,  ketakutanmu  hanya ilusi. Kau bisa berenang dan air tidak akan mengalahkanmu.”

“Tidak kalau kau kram dalam kedalaman air lima meter dan  tidak ada orang  yang  menyadari  bahwa  kau tenggelam.” So Eun meringis ketika kenangan yang membuatnya sesak napas itu tergambar kembali di otaknya, membuatnya gemetar.

Donghae  menyadari  itu,  dia menggenggam  lengan  So Eun lembut, “Aku menjagamu. Jangan takut.”

Entah  kenapa kata-kata Donghae  itu  terdengar  tulus, membuat So Eun hampir saja memaafkan  kelakuan  Donghae  di insiden semalam ketika lelaki itu menciumnya dengan paksa.

“Donghae oppa!”

Suara itu  familiar  sekaligus  membawa  kenangan  buruk bagi  So Eun.  Dia langsung  menoleh  dengan  waspada,  dan mendapati  mimpi  buruknya  benar-benar  terjadi,  kenapa pula Jessica ada di pantai pribadi ini?

Myungso  dan  Jiyeon  tadi  memutuskan  keluar  untuk berjalan-jalan dan membeli es krim, dan sekarang So Eun harus sendirian  menghadapi  perempuan  yang  merayu Donghae  tanpa malu-malu dan tidak mempedulikan kehadirannya.

“Boleh  aku ikut bergabung  bersama  kalian?”  Jessica melepas handuk yang melilit pinggangnya dan melemparnya ke pasir, lalu mulai masuk ke air laut yang hangat, perempuan itu tersenyum manis sambil menatap So Eun, senyuman palsu yang penuh ejekan, “Oh, hai So Eun, kau ada di sini juga? kemarin aku memutuskan  menyusul  kalian  ke  sini,  untung  aku masih mendapat cottage  di  sebelah  cottage  kalian, jadi  Donghae  bisa dekat kalau  memutuskan  mampir malam-malam.”  Diliriknya Donghae dengan tatapan menggoda, “Iya kan sayang?”

Donghae  tidak menjawab, hanya  terkekeh geli,  lalu mengarahkan  So Eun  untuk mencoba  berenang  ke  tepian  yang lebih  dalam,  “Ayo  So Eun,  berenanglah,  aku  akan  berjaga  di sebelahmu.”

Darah  So Eun  naik ke  kepala.  Donghae  tampak tidak kaget melihat Jessica  menyusul  kesini.  Jangan-jangan  semua  yang dikatakannya bohong, jangan-jangan  Donghae  sering  mengajak Jessica ke sini untuk bermalam, melihat Jessica begitu luwes dan tampak terbiasa  memasuki  bagian  pantai  pribadi  di  cottage yang selalu di sewa Donghae kalau mereka kemari. Dan semalam, Donghae  tidak pulang  ke kamarnya,  apakah jangan-jangan  lelaki itu menginap di tempat Jessica?

Suara So Eun bergetar ketika dia menghentakkan tangan Donghae  dengan kasar, “Jangan dekat-dekat! Aku  bisa  sendiri!” serunya kasar.

Donghae berdiri di sana, menatap So Eun yang memalingkan muka tak mau  menatapnya,  “Kenapa So Eun? Kau  tampak marah, apakah karena Jessica  menyusul kemari? Jangan pedulikan  dia,  dia memang  suka  mengikutiku  kemanapun mengingat dia sangat terobsesi  padaku,”  gumam Donghae  pelan, mengedikkan  bahunya ke  arah Jessica yang  sudah mulai berenang  ke  tengah  dengan  elegan, melambaikan  tangannya dan mengajak Donghae bergabung bersamanya.

“Aku tidak peduli  kalau kau mau menghabiskan  waktu dengan  simpananmu.  Tetapi  sungguh suatu  penghinaan  kalau kau mengajaknya ke sini, saat kau sedang bersamaku!”

“Aku tidak pernah mengajaknya ke sini, dia sendiri yang bilang  tadi  menyusul kita kemari,  dia  menginap  di  cottage sebelah, lalu kau pikir aku harus berbuat apa? mengusirnya?”

Kau bisa  mengusirnya dari pantai ini! So Eun  menjerit dalam hati,  ingin  rasanya dia  memukuli  dada Donghae  dengan  marah. Tetapi  itu tidak dilakukannya,  dia  menahan  dirinya sekuat  tenaga,  menghembuskan  napasnya panjang-panjang. Rasa sakit  itu mulai  menyeruak ke dadanya,  rasa  sakit  yang sama, rasa sakit yang menakutkan.

“Aku sangat membencimu. Pernikahan ini seperti neraka untukku!” So Eun menggeram marah, meninggalkan Donghae yang tertegun mendengar perkataannya, lalu dengan nekat masuk ke air menyelam  ke  dalam  lautan, dan  berenang  ke tengah, menjauhi Donghae.

Semula  biasa saja,  So Eun merasakan  berenang  di laut ternyata sangat menyenangkan, berbeda ketika  berenang  di kolam renang. Disini  dia harus  bisa  menyesuaikan  diri  dengan hempasan ombak yang membawa tubuhnya mengikutinya.

Sejenak So Eun menikmatinya,  senang  ketika dia  bisa menjauh dari pasangan tak tahu malu itu, Donghae dan Jessica yang mungkin  sedang  bercengkerama  di  sana,  dia berenang  makin jauh, dan jauh… Sampai kemudian dia merasakan rasa sakit itu. Rasa sakit menyengat di kakinya yang mulai terasa kaku.

 

Kakinya kram lagi!

Dengan  panik So Eun  berusaha  menjejak,  menyadari  dia sudah  berada  jauh di  tengah sehingga  pasir sudah  tidak bisa digapai  oleh kakinya.  So Eun mulai  tenggelam  dengan  sebelah kaki kram dan sakit setengah mati. Tidak bisa berteriak.

 

Donghae!

Teriaknya panik dalam hati sebelum kegelapan menelannya.

To Be Continue…….

Tinggal 1 part lagi sama epilognya… semoga readers gak bosen dan masih nunggu kelanjutannya 🙂

13 thoughts on “(Remake) Perjanjian Hati ~Part 8 ~

  1. Huaaaa…ciumannya mau donkkk…hihiii sori part 8 ga komen.si dedek nangis,jadi ditinggal deh.endingnya kayaknya hepi nih…ehm satu part lagi udah ga sabar……

  2. hadeuhhhh jessica gatel banget dech pengen jambak jambak

    donghae kayaknya emang dah jatuh cinta ma so eun apalagi dengan perlakuannya yang bikin so eun dag dig dug

    so eun gimana itu dia kram lagi ayo dong donghae tolongin dia
    bukannya malah ngobrol ma jessica

  3. HaeSso kissing o,O wkwkwk 😀
    Ahh tpi paksaa gk sama sama mau #plak :p aku suka part ini… Apa hae oppa sdh mulai suka sama Sso yah… Ommo sso tnggelam … >_< smoga hae oppa cpt nolongin… Next next

  4. o.O haesso ciuman O.M.G akhrny ad kemajuan ^ ^ tp kok cm ciuman aj sich bang 😦 knapa g lngsung serang ato terkam sso sekalian #yadongModeOn 😛 hehehe~
    halah ngapain jg enjes nie ngekor mulu ma hae 😦 n sebel jg liat hae yg g tegas ngusir nie org -.-
    tp ad untng ny jg sich enjes ad d st ganggu hae jd sso bs tau perasaan ny k hae klo dy ud falling in love…falling in love *smbil nyanyi lgu 2ne1* ^_^)Y
    oh my sso tenggelam 😦 hae yg nolong kan ya? ya?

  5. Waaaa part ini sweet bnget
    apa lgi bgian yg donghae blg klo soeun itu istrinya
    brrti donghae prustasi bnget ya dri awal krna tdur srnjang dgn soeun kekeke
    bner deh trnyta donghae udh cinta dgn soeun
    tpi soeunnya masi ngelak dgn prsaan dia sndri
    krna ada jesica kyknya soeun mkin cemburu dan muali mrskan skit klo dtnggl donghae ya
    waaa soeun kram lgi
    apa donghae tepat wktu nylmtin soeun??,
    Mkin pnsrn dgn next partnya dtnggu

  6. aaa… suka sama sikap Donghae di part inii, walaupun sikap Sso agak menyebalkan sihh. tp suka kokkk, donghae mengatakan hal2 manis ke soeun :O, apalagi dia bilang sayangg aaaa
    OMG, HaeSso ciuman panasss ? dan donghae bilang apa ? bakalan bikin Soeun nggk bisa lupa kalau mereka ….
    emng cewe nggk tau malu ya tuh jessica -_-
    Kram ?? Donghae mana ??? Donghaeeeee

  7. kyaaa soeun kram lg nohh.. omonaa donghae tau gk yh ?? soeun cemburu ma jesica tuhh ciee sdh .. yh masa tinggl 1 part lg ma epilog..padahal suka bgt ma cerita’a..pengin’a trus yg panjang hehe

  8. OMG…
    Itu gimana ?? Gimana ??
    Sempetlah pasti ditolong Donghae kan ???
    Uuhh.. Soeun klw cemburu bilang..
    Hahahahah 😀 😀 😀
    dan kata2 Soeun itu pasti menyakitkan utk Donghae 😦 😦
    pdhal yakin Donghae udh tulus ke Soeun U.U

    nextttnya ASAP ya Thor ;)) !!
    Berarti sampe part 10 aja ??
    Nexxttt plisss~

Leave a comment